Langsung ke konten utama

ANTARA AKU DAN DUNIA KU


ANTARA AKU DAN DUNIA KU



          Hai, semuanya. Kali ini aku mau cerita tentang hidup ku. Ini benar-benar apa yang telah aku alami. Mungkin, sebagian besar orang menganggap hidup ku bahagia, aku dipandang berasal dari keluarga yang “lebih lumayan” dan dipandang serba lengkap karena masih mempunyai kedua orang tua yang lengkap dan kehidupan yang masih bisa dikatakan layak.
          Ya, mungkin aku bisa dikatakan terlahir dari keluarga yang lebih dari cukup, bukan bermaksud ku sombong, namun aku ingin cerita tentang kehidupan ku yang sebenarnya. Aku sering kali merasa tidak nyaman berada di rumah. Ayah dan mama ku sering memarahi ku, aku bahkan sudah “lebih dari cukup” untuk direndahkan, aku sering dipandang seperti anak yang tidak bisa apa-apa alias tidak bisa membahagiakan kedua orang tua, bahkan parahnya hasil-hasil karya ku tidak pernah dilihat dan dibaca oleh mereka sedikit pun. Mereka tidak pernah punya waktu untuk itu, padahal mereka sering kali mengisi waktu luang mereka dengan gadget-gadget mereka untuk membaca pesan-pesan WA dan menonton video-video di Youtube, dan buka media sosial lainnya, tapi hasil karya anak kandungnya sendiri tidak pernah mereka baca, parahnya tidak pernah dihargai.
          Aku berani tebak, pasti kebanyakan orang menyangka aku adalah seorang anak manja karena aku adalah anak terakhir dari 2 bersaudara yang dimana aku memiliki seorang abang kandung, dan mungkin karena sikap maupun wajah ku yang terlihat masih seperti anak-anak alias anak manja. Faktanya, semua pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Mereka tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan di rumah, mereka tidak pernah tahu apa yang telah sejak lama terjadi di rumah ku, dan mereka tidak pernah tahu bahwa hasil karya ku tidak pernah dihargai.
          Pernahkah kalian merasa tidak dihargai oleh orang tua kalian? Pernahkah kalian merasa sudah melakukan banyak perbaikan dan apa pun yang kalian lakukan masih saja dipandang sebelah mata oleh kedua orang tua kalian meskipun mereka tidak pernah tahu apa saja yang telah kalian alami dan usahakan demi kehidupan yang lebih baik lagi? Ya, aku sudah cukup sering dipandang begitu. Mereka selalu menganggap ku tidak pernah berubah sama sekali, aku masih dipandang “Rosa yang tidak bisa apa-apa”, dan mereka selalu menganggap aku yang dulu dengan yang sekarang sama saja.
          Akhir-akhir ini, aku lebih banyak diam dan berusaha untuk memperbaiki diri. Aku lebih sering berpikir dahulu sebelum berbicara kepada seseorang. Aku lebih sering menyuarakan isi kepala dan hati ku melalui tulisan, dari kata per kata, paragraf ke paragraf, hingga akhirnya membentuk suatu karya tulis yang baru. Bukannya aku malas untuk berbicara dengan manusia, karena aku sudah sering merasa sakit hati dengan tanggapan-tanggapan dari orang-orang lain. Bukan maksud ku bahwa diri ku adalah sosok yang sensitif, mudah tersinggung, akan tetapi aku lebih ingin mencoba untuk perlahan-lahan mengurangi pembicaraan-pembicaraan yang dirasa kurang berfaedah dan menjaga perkataan agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
          Untuk saat ini, dunia kedua ku adalah tulisan, selain dunia yang aku tempati saat ini. Aku dan buah pikiran ku seakan seperti teman yang sangat akrab, bahkan lebih dari seorang sahabat. Bersama buku dan tulisan ku, aku merasa seperti dihargai. Aku membaca, mencari inspirasi, lalu aku tuangkan pikiran ku sendiri dalam bentuk suatu karya tulis yang akan ku bagikan ke halaman blogspot ku atau dalam sebuah buku yang akan ku ciptakan sendiri. Aku sudah sering merasa dikecewakan oleh manusia-manusia. Bukannya aku stres atau depresi, akan tetapi aku lebih suka menenangkan diri dan otak ku melalui karya tulis. Bagi ku, akan lebih baik aku berkarya daripada menghabiskan waktu banyak dengan media sosial di waktu luang.
          Apakah kalian akan merasakan sakit yang teramat dalam ketika mendengar perkataan kedua atau salah satu orang tua kalian yang tidak menghargai hasil karya kalian? Padahal, tujuan utama kalian dalam berkarya adalah agar ketika kalian meninggal kelak, berharap hasil karya kalian tetap bisa dikenang dan disukai oleh banyak orang, sehingga kalian tetap bisa dipandang sebagai sosok yang bermanfaat selama hidup di dunia ini, apalagi jikalau hasil karya itu dapat membangkitkan semangat, membuka pikiran dan memotivasi maupun menginspirasi banyak orang? Pasti kalian akan merasakan bahagia yang teramat sangat jikalau kalian tahu bahwa itu akan terjadi saat kalian sudah tidak berada di alam bumi ini lagi.
          Sedikit cerita bahwa aku terlahir dari keluarga yang workaholic (gila kerja atau ambisius), mereka selalu mengisi waktu mereka dengan kerja, kerja dan kerja. Mereka tidak mau membuang banyak waktu untuk hal-hal yang tidak berguna sama sekali kecuali di waktu luang mereka ketika mereka sedang letih, barulah mereka mengutak-atik HP mereka masing-masing. Jangan pernah mengira bahwa aku anak yang bisa bermalas-malasan selama tinggal di rumah karena aku dikira anak manja? Tidak, tidak sama sekali. Aku akan dimarahi jikalau tidak bekerja di rumah di saat aku belum punya sebuah pekerjaan dulu. Pokoknya, di hari libur atau orang tua ku sedang tidak bekerja, pun begitu juga aku, aku mesti mengurusi rumah. Begitulah cara mereka mendidik aku. Seakan-akan waktu 16 atau 18 jam itu harus terisi dengan kerjaan, kerjaan dan kerjaan, selebihnya untuk tidur malam, kecuali di lain cerita.
          Nah, dari cerita di atas, aku ingin mengatakan bahwa kedua orang tua hampir selalu menganggap pekerjaan selain pekerjaan di rumah ketika aku sedang tidak bekerja di luar rumah adalah kegiatan yang sungguh membuang-buang waktu. Padahal, aku sering kali mencuri-curi waktu di waktu luang ku untuk menulis, setelah melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah. Menurut ku, alangkah lebih baiknya aku berkarya daripada aku menghabiskan waktu luang yang ada untuk bermain HP. Akan ada lebih banyak manfaat dibandingkan menjelejahi media sosial dan membuka internet untuk mencari informasi yang sebenarnya kurang berfaedah atau sering kali hoax. Parahnya, ketika aku tidak mengisi waktu luang ku dengan menulis atau membaca sebuah buku, malah tidak dimarahi justru diacuhkan atau dibiarkan begitu saja, namun ketika aku berkarya atau membaca malah dilarang dan dianggap membuang-buang waktu. Nah, mereka saja juga sering membuang-buang waktu di waktu luang dengan mengutak-atik HP dan menonton video-video di Youtube atau bahkan menonton TV berlama-lama sebelum tidur, tidak pernah aku memandang salah, itu hak mereka, bukan hak aku untuk melarangnya, tapi kenapa aku yang ingin berkarya ini tidak pernah dipandang mengisi waktu luang dengan baik? MIRIS! Padahal, tujuan ku juga untuk menunjukkan pada kedua orang tua ku bahwa aku bisa menjadi anak yang dibanggakan dan memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi (lebih maju lagi).
          Aku sering kali berdebat, kesal dan makan hati atas sikap dan omongan kedua orang tua ku. Aku seakan-akan dipandang selalu salah dan tak pernah berubah oleh mereka. Mereka tidak pernah tahu apa saja yang telah aku alami dan usaha apa yang telah aku lakukan demi memperbaiki diri. Oleh sebab itu, aku sudah jarang memberitahu apa yang ingin ku lakukan dan yang telah aku alami kepada kedua orang tua ku karena aku tidak mau banyak berdebat untuk hal yang tidak berfaedah sehingga membuang waktu dan energi lebih banyak. Ya, akhir-akhir ini aku lebih banyak menutup diri dan diam-diam berkreasi dibandingkan banyak bicara bersama anggota-anggota keluarga ku. Akan lebih baik jika aku lebih banyak bekerja daripada berbicara yang tidak berguna, pikir ku. Akan lebih bermanfaat jika aku mengisi waktu luang dengan membuahkan suatu karya daripada aku mesti membuang waktu banyak untuk menjelajahi media sosial, pikir ku.
          Terakhir, bagi ku setiap anak dilahirkan dengan potensi/bakat/minat yang berbeda-beda. Mereka punya caranya tersendiri untuk menggapai kesuksesan, namun tak jarang juga mereka harus “melenceng” dari cita-cita mereka. Ya, kita hanya bisa berencana, namun Tuhan yang Maha Pemberi hasil. Akan tetapi, tidak ada salahnya jikalau kita selalu mau untuk berusaha mengembangkan potensi yang kita miliki. Setiap makhluk ciptaan Tuhan itu istimewa, selalu diberikan kelebihan untuk menutupi kekurangan yang ada. Ya, Tuhan itu Maha Adil, dan seharusnya banyak orang tua yang memahami itu. Ada banyak cara dalam mendidik anak, tapi tidak ada salahnya mendukung bakat yang dilahirkan dalam diri mereka sepenuhnya karena dengan cara itu siapa tahu dia dapat membanggakan hati kedua orang tuanya. Saya tidak menyalahkan orang tua sepenuhnya, pun saya tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan kedua orang tua saya. Bagi saya, orang-orang tua yang bijak, bijak dalam mendidik anak adalah para orang tua yang memahami bahwa anak-anak itu diciptakan berbeda-beda, dengan potensi/bakat/minat yang berbeda-beda, karakter yang berbeda-beda dan pola pikir yang berbeda-beda, akan tetapi sebagian besar itu dipengaruhi oleh cara orang tua mendidik mereka, sehingga anak pun akan mengenal dunia lebih luas tanpa merasakan dunia itu sempit. Pada dasarnya, dunia ini memang sangat luas.
          Nah, sekian dulu cerita ku hari ini. semoga ada banyak hikmah yang dapat diambil dari kisah hidup ku ini. Ya, mungkin kalian berpikir bahwa aku adalah sosok yang introvert, tapi beginilah aku dan pengalaman hidup ku yang mungkin membuat ku menjadi seperti ini. Semoga kalian semakin mengerti bahwa jangan menilai seseorang dari luarnya saja, tapi telusurilah seluk beluk hidupnya agar kita semakin memahaminya, seperti kata pepatah Inggris, “Don’t judge book by it’s cover.”  See? Nah, itulah seluruh cerita yang telah ku rasakan beberapa minggu belakangan ini yang ingin ku bagikan pada teman-teman pembaca setia ku. Terimakasih telah berkunjung ke halaman blog ini dan sampai jumpa di artikel-artikel atau cerita-cerita berikutnya. Bye! Wassalam.

-       OCHA   -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BE OPEN-MINDED

BE OPEN-MINDED    http://thetimesweekly.com/news/2017/feb/16/shorewood-special-census-starts-week/                     Bismillahirrahmanirrahim...           Assalamualaikum, semuanya. Nah, di malam kali ini aku ingin berbagi pendapat ku di dalam artikel ini tentang pemikiran yang terbuka, akan tetapi sebelum masuk ke pembahasan, alangkah lebih baiknya jika saya membuka artikel ini dengan beberapa pertanyaan dan pernyataan.           Pernahkah kita melihat secara langsung seseorang yang suka merendahkan suatu agama? Pernahkah kita secara langsung melihat seseorang menilai sifat seseorang sesuai dengan suku yang dipegangnya? Pernahkah teman-teman melihat secara langsung seseorang yang merasa risih dengan suatu kaum atau pemeluk agama tertentu? Pernahkah teman-teman melihat seseorang yang (terlalu) rasis dengan suatu suku, agama, ras atau adat, memandang rendah diri orang-orang lain berdasarkan apa yang dimilikinya, entah itu fisik atau pun kebiasaanya? Atau, apakah diri

Hijrah Ku untuk Istiqomah Berhijab

Hijrah Ku untuk Istiqomah Berhijab Assalamualaikum sahabat-sahabat muslimah....     Ini adalah blog pertama saya yang dimana saya ingin menceritakan kisah hijrah saya untuk berhijab. Setiap manusia pasti ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tentunya. Dengan berhijab, kita merasa lebih aman, nyaman dan pastinya terlindungi dari apa pun; dari sinar matahari, dari godaan laki-laki, atau dari kejahatan lainnya.     Baiklah, saya ingin menceritakan pengalaman saya berhijrah dari yang tidak berjilbab , berjilbab biasa, berjilbab pashmina, hingga berjilbab syar'i . Semua ini pastinya membutuhkan proses yang sangat panjang, dan itu awalnya tidak mudah. Bagaimanapun, kita harus tetap Istiqomah dan yakin bahwasannya Allah pasti akan membimbing kita untuk berubah menjadi seorang muslimah yang lebih baik lagi dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun.     Awal mulanya saya berjilbab adalah ketika saya masih duduk di bangku kelas 10 SMA. Sebenarn

Things About Me

Things About Me   (Foto lama ku pas  baru masuk kuliah)      Hai, kali ini aku mau bercerita tentang diri ku. Aku ingin menulis profil diri ku sendiri. Banyak hal yang ingin ku ceritakan tentang diri ku yang ku akan rangkum dalam blog kali ini. Well, here we go!           Aku terlahir dengan nama panjang Dwi Rosa Damasena, kalian bisa memanggil ku Ocha atau Rosa. But actually, my friends and people around me usually call me Ocha, except my family, they often call me Rosa. However, it depends on you which nickname you wanna call me.             Aku lahir di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Indonesia, pada tanggal 26 Agustus 1996. Aku terlahir prematur, ya aku dilahirkan di bulan ke delapan (seharusnya aku lahir di bulan September). Seperti anak-anak yang terlahir prematur pada umumnya, aku terlahir dengan tubuh yang mungil sekali, berat badan ku dulu hanyalah 2 Kg lebih. Aku sangat mirip dengan ayah ku yang terlahir prematur juga. Well, buah jatuh tidak jauh dari poh