Hijrah
Ku untuk Istiqomah Berhijab
Assalamualaikum sahabat-sahabat muslimah....
Ini adalah blog pertama saya yang dimana saya ingin
menceritakan kisah hijrah saya untuk berhijab. Setiap manusia pasti ingin
berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tentunya. Dengan berhijab, kita
merasa lebih aman, nyaman dan pastinya terlindungi dari apa pun; dari sinar
matahari, dari godaan laki-laki, atau dari kejahatan lainnya.
Baiklah, saya ingin menceritakan pengalaman saya
berhijrah dari yang tidak berjilbab, berjilbab biasa, berjilbab
pashmina, hingga berjilbab syar'i. Semua ini pastinya membutuhkan
proses yang sangat panjang, dan itu awalnya tidak mudah. Bagaimanapun, kita
harus tetap Istiqomah dan yakin bahwasannya Allah pasti akan membimbing kita
untuk berubah menjadi seorang muslimah yang lebih baik lagi dari hari ke hari,
bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun.
Awal mulanya saya berjilbab adalah ketika saya masih
duduk di bangku kelas 10 SMA. Sebenarnya sih, dulu ketika SMP saya sudah pernah
memakai jilbab juga, tapi setiap hari Jum'at saja, karena di kota asal saya,
Tanjungpinang, Kepulauan Riau, setiap pelajar dari SD hingga SMA harus memakai
baju kurung (pakaian muslim bagi etnis Melayu) beserta songket dan peci atau
kopiah bagi kaum Adam dan memakai jilbab warna putih (atau sesuai aturan
sekolah masing-masing) bagi kaum Hawa. Saat lebaran di tahun 2011, ketika saya
masih kelas 1 SMA, saya dipaksa oleh kedua orang tua saya untuk berjilbab.
Ketika dipaksa oleh kedua orang tua saya, saya sedikit membantah, hati saya
sedikit menolak karena pada saat itu menurut saya pakai jilbab itu ribet dan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memakai jilbab yang rapi, walaupun itu
jilbab dengan gaya biasa saja. Walaupun demikian, saya berpikir lagi,
"Saya coba aja deh, belajar berjilbab ke sekolah."
Masih di hari lebaran 2011, saya mencoba untuk memakai
jilbab ketika hendak pergi keluar rumah. Pertama kali saya coba, memang masih
merasa ribet, harus mengikat rambut dulu (disanggulkan), memakai anak jilbab,
dan memakai jilbab selendang satu helai. Hasilnya? jilbab saya kurang rapi,
tapi saya pikir tidak apa-apa, namanya saja baru belajar, masih permulaan.
Orang tua saya pun mendukung saya walaupun mereka mengeluh kenapa jilbab saya
kurang rapi, dan saya pun coba merapikan lengkungan jilbab di atas jidat biar
terlihat rapi.
Ketika keluar rumah, saya merasa beda saja antara
memakai jilbab keluar rumah dengan tidak memakai jilbab. Ya, setidaknya lebih
sopan dan tertutup, walaupun saya tidak pernah memakai pakaian yang tidak sopan
keluar rumah ketika masih tidak memakai jilbab.
Saat hendak ke sekolah, saya pun selalu berusaha untuk
memakai jilbab dan saya meyakinkan diri saya untuk selalu berjilbab saat pergi ke
sekolah. Banyak yang merespon positif ketika saya berjilbab ke sekolah. Saya
merasa senang. Bagaimanapun, saya tetap sering tidak memakai jilbab ketika
pergi keluar rumah selain ke sekolah. Bisa dikatakan juga saya masih labil
antara pakai jilbab dengan tidak memakai jilbab.
Pernah suatu ketika ada seorang teman saya yang pernah
mematahkan keinginan saya untuk berjilbab, dia beragama non Muslim. Dia
berkata, "Ko (di daerah saya 'ko' itu artinya kau) tu gak bagus pakai
jilbab, jelek. Bagusnya gak pakai jilbab." Saat itu saya hanya bisa diam
dan memaklumi saja perkataannya itu.
Saya ingat sekali, dulu pernah ketika saya mengontrol
behel untuk yang terakhir kalinya, kalau tidak salah, saya memakai jilbab, baju
lengan panjang (selalu) dan rok panjang, saat itu saya masih kelas 3 SMA
semester 2. Itu untuk pertama kalinya saya pakai jilbab saat hendak pergi
mengontrol behel. Dokter pun memuji dan merespon baik dengan penampilan saya
saat itu. Saya pikir, mungkin dokter ini tidak tahu bahwa sebenarnya saya sudah
pakai jilbab dari sejak lama, saat pergi ke sekolah atau ke tempat-tempat
tertentu. Nah, dokter ini mungkin mengira bahwa saya baru hendak memakai
jilbab. Di balik semua itu, jujur saya sangat senang karena telah dipuji
oleh dokter tersebut. Saya pun semakin pede dengan penampilan saya yang
memakai rok.
Waktu pun berlalu begitu lama, sebelum tamat SMA, saya
mencoba merubah penampilan saya dengan memakai rok dan pakai jilbab, walaupun
saya waktu itu, jujur, masih kurang pandai memadukan warna baju, rok dan
jilbab, masih ala kadarnya saja, mungkin saya juga belum punya banyak rok, baju
dan jilbab yang sesuai. Jujur, saya terinspirasi sekali dari kakak sepupu saya
yang berasal dari Padang yang sering sekali memakai rok dan jilbab yang selalu
sesuai dengan bajunya juga. Saya berpikir, sepertinya pakai rok membuat saya
terlihat lebih feminim dan lebih sopan. Saya pun coba belanja ke pasar bersama
mama saya, mencoba untuk memadukan antara baju, rok dan jilbabnya.
Semakin lama saya semakin nyaman memakai rok dan
jilbab, walaupun terkadang memakai celana jeans atau celana bahan lainnya. Saya
juga belajar memakai jilbab pashmina saat itu. Saya belajar dari orang-orang
lain, dari YouTube, atau dari foto-foto di internet. Jujur sih, ribet, harus
dililit, diputar, pokoknya digayakan bagaimanapun caranya agar terlihat bagus.
Saya pun tetap terus berusaha.
Ketika saya duduk di bangku kuliah di Padang, banyak
sekali hal yang saya pelajari disini, termasuk belajar berjilbab pashmina agar
terlihat lebih bagus. Saya pun belajar dari teman-teman kuliah saya dan mereka
pun dengan senang hati mengajari saya.
Lambat laun, saya mencoba untuk berjilbab syar'i.
Jujur, sekali lagi saya terinspirasi dari kakak sepupu saya yang sudah
berhijrah memakai jilbab syar'i. Jilbab syar'i adalah jilbab panjang yang
diwajibkan atas wanita muslimah untuk menutup (mengulurkan) ke dada mereka dan
sampai menutup punggung atau sekitar panggul mereka, dan pastinya bahannya
tidak boleh transparan juga. Tapi, satu kesalahpahaman saya waktu itu, saya
berusaha untuk berjilbab syar'i namun ternyata jilbab saya masih transparan,
tidak menutup dada sepenuhnya meskipun aku sudah mengulurkan jilbab hingga ke
dada. Rata-rata, jilbab yang saya punya saat itu adalah jilbab transparan. Saya
pun juga berusaha untuk memakai kaus kaki ketika hendak ke kampus atau pergi
jalan atau keluar rumah kos. Berusaha untuk selalu memakai jilbab ketika hendak
keluar kos atau rumah saya di Tanjungpinang baik itu jaraknya dekat maupun
jaraknya jauh. Kalau ke kampus atau ke tempat yang jaraknya jauh, saya sering
pakai sarung tangan manset juga. Lama-lama saya nyaman berpakaian begini. Aku
pun pernah dibicarakan oleh orang-orang lain bahwa saya sudah berjilbab dalam
saat itu. Saya juga pernah dikatakan "Anak FSI" (suatu organisasi
Islami di kampus), padahal waktu itu saya belum mengikuti organisasi itu
sama sekali. Hingga akhirnya, ketika saya telah berkuliah semester 3, saya pun
mengikuti organisasi itu. Banyak sekali orang-orang baru yang saya kenal, hal-hal
serta pengalaman-pengalaman baru. Mereka semua sangat ramah dan sopan. Banyak
dari mereka para wanita muslimah, dulunya mereka tidak berjilbab dalam (syar'i)
seperti yang mereka kenakan hingga saat ini, mereka juga masih labil dulunya,
hingga suatu hari petunjuk diberikan atas mereka.
Saya pun diajarkan berjilbab syar'i oleh seorang kakak
senior saya di organisasi itu yang dimana dia saat itu menjabat sebagai
sekretaris departemen LRAI dari FSI. Saya ambil departemen LRAI di organisasi
itu karena saya ingin melanjutkan responsi agama Islam saya dari semester 2
dulu. Saya pun diajarkan dan diberitahu bahwa jilbab syar'i itu "yang
begini loh" (ia sambil memperagakan 2 lapis jilbab yang bahannya
transparan kepada saya). Ia mengatakan bahwa jika jilbab yang kita miliki
bahannya transparan, maka kita mesti melapisinya dengan jilbab lainnya, yang
transparan juga, agar menjadikannya jilbab syar'i. Jilbabnya mesti dilipat
sedikit menjadi segitiga, agar terlihat panjang hingga menutup panggul. Dari
situ saya tahu dan belajar hal baru. Awalnya saya melihat "aneh" diri
saya di cermin, terlihat sangat beda, tapi saya yakin pasti bisa memakainya
selalu. Jujur sih, sebenarnya ribet sekali mesti pakai jilbab transparan 2
lapis begitu, akhirnya saya pun punya ide untuk membeli jilbab berbahan tebal
dan panjang. Pertama kalinya saya beli dari teman kakak sepupu saya yang
berjualan online shop di Instagram. Akhirnya melalui perantaraan beliau,
jilbab itu sampai di tangan saya dan saya sangat suka dengan bahannya yang
tebal namun lembut. Saya coba dan saya merasa nyaman.
Lambat laun, saya pun beli jilbab-jilbab syar'i
berbahan tebal lainnya. Hingga saat ini saya masih berjilbab syar'i, InsyaAllah
Istiqomah dengan niat saya ini. Meskipun banyak respon negatif maupun positif,
saya InsyaAllah yakin dengan pendirian saya.
Terima kasih untuk teman-teman semua telah mengunjungi
halaman blog saya yang satu ini. Semoga cerita ini dapat menginspirasi kalian
dan bermanfaat bagi kalian.
Wassalam, ocha. :)
Keep ostiqomah ocha:)
BalasHapus