Jujur, sebenarnya sudah dari sejak lama aku ingin berhenti dari media
sosial, secara perlahan-lahan. Aku sudah bosan dan muak dengan kecanduan ku
terhadap media sosial. Aku pernah berpikir sendiri, “Why am I so addicted to social media?” (“Kenapa saya begitu candu
terhadap media sosial?”). Kenapa aku harus membuang banyak waktu untuk melihat
pemberitahuan (notifikasi), pesan masuk, atau sekadar mengecek media sosial.
Saat
ini, aku sedang berusaha untuk menghentikan kecanduan ku terhadap media sosial
yang terdapat di gadget ku. Perlahan-lahan ku hapus satu per satu aplikasi di handphone Android ku, mulai dari Facebook,
Instagram, Line, Youtube hingga What’sApp. Hanya aplikasi-aplikasi
tersebut yang pernah ku punya di dalam HP ku. Memang sih, untuk menghilangkan
kecanduan terhadap media sosial itu sulit, meskipun aplikasi-aplikasi tersebut
telah dihapus, aku masih menggunakannya melalui situs-situs web media sosial
tersebut melalui HP ataupun laptop (jikalau
perlu), seperti Facebook, Instagram dan Youtube. Akan tetapi, aplikasi Youtube
lah yang paling saya minati karena saya dapat melihat video-video bermanfaat
dari orang-orang di seluruh dunia. Bagi saya situs Youtube ini sangat bermanfaat karena saya juga dapat belajar di
dalamnya.
Terakhir kali ku menghapus aplikasi What’sApp (WA) pada tanggal 8 Desember
2018. Aku memutuskan itu dengan penuh keyakinan. Satu alasan lain kenapa aku
menghapus semua aplikasi media sosial ku adalah karena HP Android ku tidak bisa memuat banyak aplikasi, file atau folder di
dalamnya. Iya, kapasitas RAM nya terlalu kecil, yaitu hanya 4 Giga Byte (GB).
Selain menghemat kapasitas HP ku
agar tidak penuh, tujuan ku menghapus semua aplikasi itu juga karena aku ingin
menghemat kuota internet ku agar tidak cepat habis, biar bisa hemat uang juga.
Tanpa disadari, berbagai macam fitur tambahan di setiap media sosial itu
membuat kita kecanduan serta menghabiskan banyak kuota internet. Bukan berarti
pelit, namun kita harus tetap hemat juga. Sebagai contoh, setiap kali kita
melihat snap-snap di Insta Story (atau istilah lainnya disebut
Snapgram yang diunggah oleh
orang-orang yang kita ikuti di Instagram,
membuat kita menjadi kecanduan dan semakin kecanduan karena penasaran akan isi Insta Story berikutnya yang sebenarnya
tidak terlalu menarik dan penting serta menghabiskan banyak waktu untuk melihat
itu saja. Pastinya itu juga menghabiskan banyak kuota internet. Gara-gara
melihat setiap snapgram orang-orang
lain, kita terpaksa harus beli kuota lagi padahal belum sampai sebulan (kuota
yang kita beli biasanya memiliki jangka waktu hingga sebulan), dan seringkali
orang beli kuota internet yang kapasitas Giga
Byte-nya sedikit karena lebih murah meskipun akan cepat habis dan tidak
sampai sebulan, tapi itu sekadar untuk bisa memuaskan hati agar bisa
berselancar di dunia internet lagi. Biasanya hal ini dilakukan oleh anak-anak
perantau yang tinggal di rumah-rumah kos (terutama yang belum memiliki
pekerjaan sendiri).
Selain daripada itu, dengan
berselancar di aplikasi-aplikasi media sosial membuat kita menjadi lupa waktu
dan lupa pekerjaan-pekerjaan yang mesti kita lakukan dan selesaikan di hari itu
juga. Notifikasi-notifikasi di media sosial membuat kita sering mengecek itu
berulang kali, padahal belum tentu informasi yang penting. Gara-gara keasyikan
membalas pesan-pesan dari orang-orang lain di media sosial kita, kita jadi
tidak sadar bahwa waktu sudah berjalan dengan sangat cepat, padahal tugas-tugas
di rumah / sekolah / kuliah / kantor harus kita selesaikan secepatnya agar
tidak menumpuk di kemudian hari dan membuat kita mengerjakannya dengan sistem
kebut semalam (semalam suntuk). Contoh lainnya, gara-gara fitur tambahan di Instagram dan What’sApp, seperti snapgram dan status WA membuat kita merasa ingin mengunggah snap-snap setiap aktivitas kita dan hal-hal unik yang terjadi di
sekitar kita. Seakan-akan kita sedang membuat video log (vlog) sendiri agar diketahui oleh banyak orang. Jikalau snap-snap yang diungah adalah hal-hal
positif agar orang-orang lain dapat termotivasi/terinspirasi dan mendapatkan
suatu pencerahan baru, itu tidak apa-apa, justru itu lebih baik karena itu
adalah salah satu tujuan terciptanya media sosial agar kita mendapatkan
informasi positif secara cepat meskipun tanpa melalui media cetak, karena tidak
semua orang membeli suatu media cetak terbaru setiap harinya, apalagi di zaman
sekarang banyak orang yang malas baca (buku, media cetak, artikel, dan
lain-lain). Hampir semua orang di zaman sekarang memiliki HP-HP canggih dan
memandang benda itu tiap harinya, kapanpun dan dimanapun, baik itu dari
kalangan menengah ke atas hingga kalangan menengah ke bawah, tua ataupun muda.
Sekali lagi, untuk memberhentikan
diri sepenuhnya dari media sosial itu tidak lah mudah, benar-benar membutuhkan
keinginan dan semangat yang kuat, karena itu juga suatu perjuangan. Menurut
saya itu juga salah satu perjuangan besar dalam hidup yang kita bisa hadapi
saat ini karena ada saja tantangan yang akan menerpa kita, dan di zaman
sekarang kita dituntut untuk memiliki akun media sosial, setidaknya satu akun
media sosial saja agar bisa terhubung dengan orang-orang yang berada dekat
dengan kita maupun yang jauh dari kita.
Keuntungan-keuntungan yang sudah
saya rasakan ketika menggunakan berbagai aplikasi media sosial juga begitu
banyaknya, tidak kalah banyaknya dari dampak-dampak buruknya. Salah satunya
adalah lebih menghemat pulsa telepon atau SMS. Ketika kita rindu dengan
seseorang yang berada jauh dari kita, misalnya orang tua, kita dapat menelepon
mereka melalui WA. Menelepon,
menelepon video serta mengirim pesan dapat dengan mudah dan gratis untuk
dilakukan, tanpa mengahbiskan banyak pulsa karena kita bisa puas mengirim pesan
melalui aplikasi itu. Begitu juga dengan aplikasi-aplikasi media sosial lainnya
yang memiliki fitur mengirim pesan secara gratis, seperti Instagram dan Line. Catatan,
untuk menelepon, apalagi menelepon video di WA atau Line misalnya,
itu tetap membutuhkan banyak kuota internet karena menggunakan telepon video (video
siaran langsung istilahnya) harus membutuhkan jumlah kuota internet yang
banyak. Kalau kita hanya memiliki kuota internet yang sedikit, saya sarankan
jangan menelepon video, lebih baik mengirim pesan biasa atau menelepon di suatu
aplikasi media sosial. Sebenarnya, masih banyak lagi keuntungan dari
menggunakan aplikasi-aplikasi media sosial, namun saya tidak akan menyebutnya
satu per satu. Kita semua pasti sudah tahu dan merasakannya.
Kesimpulan yang dapat saya ambil
dari artikel ini adalah media sosial itu diciptakan karena memiliki
tujuan-tujuan positif tersendiri dari para penciptanya, salah satunya adalah
untuk memudahkan kita berkomunikasi antar sesama manusia, baik itu yang di
dalam maupun di luar negeri. Akan tetapi, jikalau kita salah dalam
menggunakannya dan malah membuat kecanduan (berlebihan), lebih baik
dikurang-kurangi dan dihindari (ditinggalkan), karena akan berdampak buruk bagi
kehidupan sosial dan pekerjaan-pekerjaan kita di dunia nyata. Pun, itu juga
pertanda kita tidak bisa menggunakan media sosial dengan bijak sesuai dengan
tujuan-tujuan positif dari para penciptanya. Jangan sampai kita lupa waktu dan
tugas-tugas penting sehingga membuat kita kurang produktif dan aktif (malas).
Jangan sampai kita tidak menjadikannya sebagai suatu cara untuk memperkenalkan
hasil karya dan potensi kita sendiri kepada banyak orang dan malah malas untuk
berkreasi / bekerja. Jangan sampai hal-hal fatal terjadi kepada kita gara-gara
keasyikan menggunakan segala fitur dalam media sosial, misalnya kecelakaan di
jalan raya yang berujung maut. Sekali lagi saya ingatkan, kita harus bijak
dalam menggunakannya, jangan mau kita dijajah (kebodohan) secara perlahan.
Bukan HP yang mengatur hidup kita, tapi kita lah yang mengatur HP. Segala yang
berlebihan itu memang tidaklah baik, begitulah yang Tuhan sampaikan pada kita
karena Ia tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Saya sekadar ingin mengingatkan. Teknologi
itu diciptakan oleh manusia, dari manusia dan untuk manusia, jadi tidak ada
ciptaan manusia yang sempurna, pasti terdapat kekurangan-kekurangan seperti
manusia pula. Salah satunya adalah radiasi HP. Tetap selalu ingat akan radiasi
dari teknologi-teknologi yang kita gunakan. Jangan sampai kita menyesali
semuanya di kemudian hari karena terlalu berlebihan menggunakan teknologi.
Jangan sampai kita sebagai orang dewasa telah membebaskan anak-anak kecil di
lingkungan kita untuk terpapar dengan radiasi HP atau teknologi lainnya,
kasihan mata mereka, begitu juga organ-organ tubuh lainnya. Mereka juga butuh
kesehatan. Mereka juga butuh komunikasi sosial di dunia nyata, karena mereka
adalah generasi penerus kita, penerus bangsa ini. Masa depan dunia akan berada
di tangan mereka. Oleh karena itu, kita mesti mendidik mereka sebaik-baiknya
sejak dini agar masa depan mereka (jauh) lebih baik dari kita.
Sekian dulu artikel saya kali ini.
Semoga artikel saya ini sangat bermanfaat untuk dibaca dan membuka pikiran kita
semua. Jikalau saya memiliki banyak kesalahan dalam penulisan artikel ini, saya
mohon maaf. Karena saya adalah seorang manusia biasa yang tak pernah luput dari
kesalahan. Jikalau ada kritik (yang membangun) dan saran, mohon disampaikan
melalui kolom komentar agar saya bisa memperbaikinya dengan lebih baik. Saya
juga sedang berusaha untuk memperbaiki diri dan hidup saya dalam segala hal
agar menggapai masa depan yang cerah (jauh lebih baik lagi). Saya akhiri
artikel ini dengan ucapan terimakasih sebesar-besarnya bagi para pembacanya
karena telah menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini. Sampai jumpa di
artikel saya berikutnya. Wassalam.
Komentar
Posting Komentar