CANDU
Candu.
Sekarang, zaman dimana hampir semua orang candu terhadap apapun, terutama yang
tidak ada faedahnya pada dirinya masing-masing. Candu handphone, candu permainan Mobile
Legend, candu Snap Chat, candu
Internet, candu Youtube, candu rokok,
candu Instagram, candu WA, candu Facebook, candu berfoto selfie, bahkan candu gambar-gambar atau
video-video yang tidak bermoral. Ya, semua ini membuat masyarakat modern candu,
bahkan parahnya setelah bangun tidur pagi, suatu benda yang pertama kali dicek
oleh banyak orang adalah telepon genggam cerdas mereka atau yang sekarang
dikenal oleh banyak orang adalah istilah bahasa Inggrisnya, yaitu smartphone.
Gara-gara
telepon genggam pintar, banyak orang yang kurang fokus; kurang fokus makan
karena sibuk mengecek segala jejaring sosial mereka, kurang fokus mengendarai
kendaraan bermotor (ini jauh lebih berbahaya), kurang fokus belajar, dsb. Pernahkah
terlintas di pikiran banyak orang untuk ingin kembali ke masa lalu, zaman
dimana dunia sosial itu masih “nyata” bukan “maya?” Saya rasa, sebagian orang
ada yang merindukan masa-masa itu, namun sebagian tidak.
Untuk
sekedar mengilas balik saja, masa lalu itu belum secanggih di zaman sekarang.
Jujur saja, salah satu momen masa lalu yang saya rindukan untuk dilihat adalah
ketika saya melihat anak-anak kecil masih memainkan permainan-permainan tradisional
atau asli daerah mereka seperti yang pernah saya lakukan di masa kecil saya
dulu. Jujur saja, saya pertama kali memiliki handphone itu ketika saya duduk di kelas 6 SD, itu pun HP bekas
mama saya. Ya, aplikasi-aplikasi yang terdapat di dalamnya masih yang
biasa-biasa saja, dan setidaknya HP tersebut bisa saya gunakan untuk keperluan
menelepon dan mengirim pesan kepada orang tua, misal ketika saya ingin
berangkat atau pulang dari les bimbingan belajar. Di kala itu, saya masih
merasakan begitu hangatnya kebersamaan. Bercerita bersama keluarga, makan
dengan tenang, belajar dengan tenang, bahkan bermain bersama teman-teman dengan
gembira. Akan tetapi, itu hanyalah sekeping kenangan masa kecil saya di masa
lalu, sekitar 10 atau belasan tahun yang lalu. Sekarang, saya sudah berusia 22
tahun di tahun ini, 2018.
Sejujurnya,
saya merasa sangat, sangat miris melihat adik-adik yang masih imut dan lucu
harus terpapar oleh radiasi handphone, tablet atau komputer. Di zaman sekarang,
para orang tua modern sudah mengenalkan anak-anak mereka dengan benda-benda
canggih tersebut. Mata mereka (anak-anak kecil tersebut) sudah “terkontaminasi”
oleh layar radiasi. Mereka hanya bermain dan sibuk sendiri dengan telepon
genggam pintar mereka masing-masing, terutama bagi mereka yang hidup di
kota-kota besar. Parahnya lagi, tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi di
kota-kota kecil bahkan di perkampungan sekarang sebagian anak kecil atau
remajanya sudah mengenal telepon-telepon genggam. Terdengar miris sekali, tapi
itulah kenyataan yang ada di zaman sekarang.
Untungnya,
tidak semua anak-anak kampung terlalu tertarik dengan benda canggih tersebut,
mereka masih memiliki jiwa sosial dan kepekaan terhadap dunia kanak-kanak yang
masih tinggi sehingga tidak meninggalkan permainan tradisional warisan
orang-orang tua mereka di masa lalu. Mereka masih terlihat asyik bermain dan
bergembira. Itulah yang pernah saya lihat ketika saya memasuki kampung-kampung
di beberapa daerah di provinsi perantauan saya. Itu seperti suatu kabar gembira
bagi saya bahwa masih ada generasi-generasi yang belum terkontaminasi oleh
benda-benda canggih di zaman millenium ini. Saya pun senang dan tertarik
melihat anak-anak tersebut di kala itu, sembari mengingat masa kecil saya
dahulu.
Faktanya
yang saya lihat, jejaring sosial bukan seperti wadah untuk bersosialisasi
dengan baik, malah sebaliknya. Banyak orang yang tidak pernah saling jumpa,
malah seenaknya berkoar-koar di dalam kolom komentar di setiap unggahan foto,
video atau tulisan milik seseorang. Parahnya, bahkan ketika seseorang
mengunggah sesuatu yang positif di dalam sebuah akun soial medianya, malah
dipandang negatif dan dicaci maki. Aduh, miris sekali, bukan? Selain itu,
banyak orang yang berloma-lomba untuk mencari sensasi agar menjadi terkenal dan
mendapatkan banyak uang. Bukannya menciptakan kreasi, malah menciptakan sensasi
yang tidak berfaedah. Banyak tokoh masyarakat yang seharusnya menjadi panutan
baik atau tauladan, malah mengumbar unggahan yang tidak memiliki unsur baik di
dalamanya. Sekali lagi, kita harus mengelus dada.
Fakta
buruk lainnya yang banyak dialami oleh banyak anak muda yang saya lihat di masa
sekarang adalah mereka yang bermalas-malasan dan rela menghabiskan waktu hanya
untuk bertemu dengan dunia maya mereka melalui telepon genggam pintar mereka.
Malas gerak atau istilah gaul yang sering kali dilontarkan oleh anak-anak muda
adalah MaGer seperti suatu penyakit yang tidak patut untuk didiamkan
berlama-lama sehingga dampaknya akan semakin parah, baik itu di dunia pekerjaan
maupun di dunia pendidikan.
Kembali
mengilas balik, dahulu orang-orang lebih gemar membaca buku dibandingkan
membaca info-info yang tidak berfaedah atau belum tentu benar adanya di dunia
maya seperti yang kita dapat lihat saat ini. Orang-orang dahulu masih
mempercayai buku. Selain itu, minat belajar orang-orang di masa lalu masih
sangat tinggi.
Jujur
saja, saya dahulu termasuk salah satu orang yang terlalu candu terhadap
telepon-telepon genggam canggih, terutama ketika saya pertama kali memiliki HP BlackBerry. Dari situlah kecanduan akan
dunia maya itu mulai muncul.
Bertentangan
dengan pernyataan-pernyataan di atas, sebagai salah satu orang yang hidup di
zaman modern saat ini, saya tentunya juga merasakan dampak positif dari
kecanggihan teknologi saat ini. Dampak positif dari kecanggihan teknologi yang
telah saya alami hingga saat ini juga tidak kalah banyak: saya bisa mencari
informasi-informasi seputar pendidikan, ilmu alam dan sosial, pekerjaan ataupun
tentang berita-berita hangat yang diperbincangkan di televisi ataupun di media
sosial; saya bisa menelusuri video-video memasak, artikel-artikel bermanfaat
yang saya pergunakan untuk kepentingan pendidikan misalnya, ataupun untuk
keperluan lain; saya bisa mencari info tentang tokoh-tokoh berpengaruh dan
motivator dari seluruh dunia, dan masih banyak lagi.
Selain
daripada itu, saya juga senang bisa hidup di zaman sekarang yang dimana semuanya
serba dipermudah, tidak hanya berkaitan dengan media sosial, tapi berkaitan
dengan lain hal. Misalnya, saya ingin mendapatkan jurnal-jurnal yang terkait
dengan suatu mata kuliah yang saya ambil, saya dapat mengunduhnya di internet
dengan mudah dan gratis. Di sisi lain, jikalau saya ingin mendaftarkan diri ke
suatu beasiswa dalam ataupun di luar negeri, saya bisa dengan mudah membuka
situs tersebut di internet dan mendaftarkan diri saya secara online dengan
mudah dan hemat waktu serta biaya pastinya.
Banyak
kefaedahan yang dapat saya petik dan rasakan selama saya masih bisa hidup di zaman
modern seperti saat ini, dunia yang begitu luas bisa dijelajahi hanya melalui
internet, mencari info tentang negara-negara lain dari seluruh dunia atau
mencari info tentang alam semesta.
Saya
simpulkan isi artikel saya yang satu ini, bahwasanya semua kemudahan dan
kecanggihan teknologi yang telah kita rasakan saat ini tergantung daripada kita
bagaimana kita menggunakannya dengan baik, bijak dan tepat. Jikalau kita
termasuk salah satu masyarakat yang cerdas dan tanggap dengan baik terhadap
kecanggihan teknologi yang telah diciptakan oleh para orang-orang cerdas dan
kreatif, kita pasti akan mendapatkan banyak sekali manfaatnya dan
mengaplikasikannya dengan baik demi menunjang kebutuhan hidup kita sehari-hari,
akan tetapi jikalau kita menggunakannya dengan tidak bijak, membuat kita
menjadi pemalas, antisosial, bahkan membuat banyak perubahan buruk pada diri
kita, lebih baik jangan gunakan teknologi itu lagi.
Kita
sebagai manusia perlu berkomunikasi dengan baik di dunia nyata, tidak hanya
melalui media sosial saja. Jadikan media sosial sebagai perantara komunikasi
bagi kita yang berjarak jauh dengan orang-orang yang kita sayangi atau kita
kenal, atau sebagai perantara komunikasi untuk mendapatkan informasi terkini
lebih banyak. Memakainya boleh, asalkan jangan candu. Karena, pada dasarnya segala
yang membuat kita candu itu tidak baik, lebih baik dikurangi pemakaiannya. Manfaatkan
teknologi dengan bijak, cerdas dan kreatif, InsyaAllah hidup kita jadi lebih
baik.
Sekian
dulu artikel yang saya tulis tentang candu akan teknoogi canggih. Mohon maaf
jikalau terdapat banyak kesalahan dalam pemilihan kata dan kesalahan dalam
penulisan. Saya sebagai manusia tentunya juga memiliki banyak kesalahan. Oleh karena
itu, mohon dikritik dengan baik dan sopan dan berikan saran yang baik dan
membangun terhadap artikel yang telah saya tulis ini. Akhir kata, terimakasih
tentang berkunjung ke blog ini dan menyempatkan waktu untuk membaca artikel
ini. Wassalam, Dwi Rosa Damasena.
Komentar
Posting Komentar