Langsung ke konten utama

MENCINTAI DIRI SENDIRI DULU, BARU ORANG LAIN


MENCINTAI DIRI SENDIRI DULU, BARU ORANG LAIN

          Setiap manusia pasti pernah merasakan jatuh cinta, bahkan sering. Tanpa kita sadari, kita terlalu sering dan mendalam mencintai diri orang lain, namun apakah kita (masih) cukup sadar untuk mencintai diri sendiri dulu? Sebelum pada akhirnya sakit hati yang didapatkan.
          Jatuh cinta itu memang hal yang sangat lumrah, sangat manusiawi. Setiap insan pasti pernah merasakan jatuh cinta, begitu juga hewan. Jatuh cinta itu tidak salah, yang salah adalah jikalau kita berlebihan dalam mencintai seseorang. Parahnya, bahkan ada yang sampai bunuh diri gara-gara terlalu dalam mencintai orang lain. Seseorang yang patut dicintai begitu dalam yaitu seorang panutan umat manusia yaitu baginda Rasulullah SAW., beliau memang seseorang yang sangat patut untuk dicintai dan dikenang sepanjang masa.
          Cinta itu tumbuh sendiri di dalam hati, siapa pun itu tanpa pengecualian. Sering kali, gara-gara jatuh cinta, kita jadi lupa waktu, lupa makan, lupa belajar, dsb. Sebegitu besar efek jatuh cinta yang menyerang setiap insan. Satu kata yang pasti, karena memikirkan seseorang yang disukai tersebut. Kepikiran melulu. Isi otak kita hanya orang itu saja. Kerja otak itulah yang bikin kita tidak pernah merasa bosan untuk memikirkan seseorang yang sama.
          Di balik rasa cinta kita kepada orang lain, apakah kita memiliki rasa cinta terhadap diri sendiri dulu? Sering kali orang-orang kurang percaya dirinya sendiri; minderlah, malulah, mengeluhlah, dsb. Orang-orang sering kali tidak bersyukur dengan keadaan dirinya sendiri, apalagi hidupnya, bisa-bisa hampir selalu mengeluh.
          Apakah sebagian besar dari diri kita telah merasa nyaman dengan keadaan diri sendiri? Kodrat kita? Jalan hidup kita? Rezeki kita? Sudah merasa sangat bersyukur kah dengan segala keadaan yang ada? Masih kah kita selalu iri dengan orang lain?
          Coba kita mengintropeksi diri sejenak. Kalau bukan diri kita yang terlebih dahulu mencintai diri kita sendiri, siapa lagi? Kita terlalu menggemari dan mengagumi seseorang, belum tentu dirinya sesempurna yang kita bayangkan. Tak jarang kita sering membanding-bandingkan dirinya dengan diri kita sendiri. Berangan-angan untuk bisa hidup sesempurna dia. Berangan-angan bisa menjadi sehebat dia. Satu hal yang perlu diketahui, mengagumi dan termotivasi atau terinspirasi itu berbeda. Definisi yang berbeda-beda. Mengagumi itu menyukai seseorang karena kelebihan yang ia miliki, hanya sekadar suka saja, akan tetapi termotivasi atau terinspirasi adalah kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang mengilhami dan membuat kita untuk terus bangkit, maju, serta tidak putus asa, dan pastinya sebagai bahan untuk memperbaiki diri. Tidak hanya sekadar suka saja dengan kelebihan dari seseorang tersebut.
          Setiap manusia pasti membutuhkan seseorang yang menginspirasi dan memotivasi. Kita semua tidak ada yang sempurna, kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Kita diciptakan berbeda-beda, dengan latar belakang hidup yang berbeda-beda. Ada yang dilahirkan dari keluarga yang kaya raya, ada pula yang terlahir dari keluarga yang sederhana atau miskin. Ada yang terlahir dengan warna kulit hitam, ada pula yang terlahir dengan warna kulit putih. Manusia itu ibarat huruf-huruf alfabet; dari A sampai Z, alias berbeda-beda.
          Coba deh kita mulai mencintai diri kita sendiri. Kita kembangkan bakat-bakat kita, pokoknya segala kelebihan yang kita miliki karena itu semua adalah anugerah dari Allah. Segala kekurangan kita mesti dihilangkan atau diperbaiki. Kita boleh minta bantuan orang lain untuk menutupi kekurangan atau ketidakmampuan diri kita agar saling melengkapi. Sebagai contoh, si A tidak bisa bermain gitar, namun ia dapat melukis dengan sangat indah. Sedangkan si B tidak bisa melukis dengan sangat indah,  namun bisa bermain gitar dengan sangat lancar. Si A bisa mengajari si B untuk melukis agar terlihat bagus, dan si B pun juga bisa mengajari si A untuk bermain gitar dengan lancar. Sama-sama saling melengkapi, bukan untuk saling merendahkan. Yaps, benar, hidup kita memang harus saling melengkapi, tolong menolong satu sama lain.
          Jikalau kecintaan terhadap diri sendiri sudah tumbuh di dalam hati kita, InsyaAllah jalan hidup kita terasa semakin mudah dan berkah. Dengan mencintai diri sendiri, kita dapat selalu merasa bersyukur, kurang mengeluh sana sini, mencaci diri sendiri, kurang minder terhadap diri sendiri, atau apapun itu yang tidak patut kita lakukan. Orang tua pastinya selalu menjadi pendukung diri kita untuk selalu mencintai dan mensyukuri akan keadaan diri sendiri. Mereka adalah motivator terbaik karena mereka tidak akan pernah mencela wujud kita dari lahir hingga kita tua. Mereka akan selalu tulus mencintai kita. Tidak perlu untuk bersikap pesimis
          Nah, dari mencintai diri, InsyaAllah akan terwujud kecintaan terhadap diri orang-orang lain. Kita tidak boleh terlalu mengagumi terhadap seseorang, namun jadikan kelebihan orang lain itu sebagai cambuk buat kita agar terus bangkit dan maju, sesuatu yang menginspirasi dan memotivasi.
          Sekian dulu tulisan saya pada malam ini. Saya berharap banyak artikel ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Sehubungan dengan artikel ini, pastinya dalam penulisan saya masih memiliki banyak kesalahan. Saya hanyalah manusia yang tidak luput dari berbagai macam kesalahan, termasuk kesalahan dalam penulisan. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperbaiki penulisan artikel ini, asalkan kritik dan saran yang ditulis tetap sopan dan membangun. Saya akhiri artikel ini dengan ucapan terimakasih. Wassalam, Dwi Rosa Damasen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hijrah Ku untuk Istiqomah Berhijab

Hijrah Ku untuk Istiqomah Berhijab Assalamualaikum sahabat-sahabat muslimah....     Ini adalah blog pertama saya yang dimana saya ingin menceritakan kisah hijrah saya untuk berhijab. Setiap manusia pasti ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tentunya. Dengan berhijab, kita merasa lebih aman, nyaman dan pastinya terlindungi dari apa pun; dari sinar matahari, dari godaan laki-laki, atau dari kejahatan lainnya.     Baiklah, saya ingin menceritakan pengalaman saya berhijrah dari yang tidak berjilbab , berjilbab biasa, berjilbab pashmina, hingga berjilbab syar'i . Semua ini pastinya membutuhkan proses yang sangat panjang, dan itu awalnya tidak mudah. Bagaimanapun, kita harus tetap Istiqomah dan yakin bahwasannya Allah pasti akan membimbing kita untuk berubah menjadi seorang muslimah yang lebih baik lagi dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun.     Awal mulanya saya berjilbab adalah ketika saya masi...

MY FUTURE LIFE

MY FUTURE LIFE           Assalamualaikum semuanya... It’s been a long time since a couple months ago I didn’t write on my blogspot page. How have you been? Hopefully, you guys have been so good for a very long time. Aamiin...           Today, aku mau cerita tentang kehidupan aku selama beberapa bulan belakangan ini. Jujur sih, gara-gara sudah lama gak nulis blog gini, aku jadi agak kaku untuk memulai tulisan, but anyways I’m okay with this actually, I am trying my best! Nah, dari sejak bulan Januari lalu hingga kini saat masa-masa pandemi Covid-19 ini melanda seluruh penjuru dunia, aku tengah mempersiapkan diri untuk menjadi peribadi yang (jauh) lebih baik lagi sebagai bekal ku untuk menjadi istri dan ibu bagi rumah tangga ku kelak. Yeah, I got a good news for you that I’ll get married this year or next year after this pandemic ends actually. Pastinya, ada perasaan tidak menyangka ...

I’M TRYING TO BE STRONGER THAN I WAS

I’M TRYING TO BE STRONGER THAN I WAS             Menjadi lebih baik itu memang tidak mudah. Semuanya butuh proses, proses yang panjang. Saya adalah salah satu di antaranya. Saya belajar untuk semuanya, terutama belajar untuk ikhlas. Ikhlas untuk meninggalkan masa lalu, bangkit dari titik nol lagi. Aku harus tetap melangkah, menjalani kehidupan yang baru, peribadi yang baru, dan tentunya harus lebih tangguh daripada sebelumnya.             Aku merasa malu kepada Tuhan ku, aku memiliki banyak sekali kesalahan dan dosa. Aku dulu mungkin berkata A, B hingga Z, yang mungkin sering melukai hati orang-orang lain, bahkan kedua orang tua dan abang kandung ku sendiri. Lidah ku tidak seharusnya ku asah. Selain daripada itu, aku mungkin banyak melakukan kesalahan dalam perbuatan. Mungkin, orang-orang dulu sering menggunjing ku karena akhlak ku yang buruk, tidak sesuai dengan pakai...